10 Tips Efektif dalam Mengelola Keuangan Bisnis yang Optimal
Pengelolaan keuangan adalah hal yang sangat menentukan dalam perkembangan bisnis. Ketika keuangan dikelola dengan baik, kondisi keuangan pun akan dapat dipantau dengan jelas. Hasilnya, keputusan dalam menentukan langkah bisnis selanjutnya akan menjadi lebih terarah.
1. Pelajari dan Praktekkan Pembukuan Keuangan
Hal pertama yang perlu dilakukan untuk mengoptimalkan efektivitas pengelolaan keuangan adalah dengan memahami pembukuan untuk membuat laporan keuangan dan mengetahui cara pencatatan keuangan yanng benar. Pada proses akuntansi dan pembukuan, perusahaan setidaknya memiliki laporan arus kas, buku kas masuk dan keluar, buku jurnal transaksi, serta laporan laba rugi. Buku-buku tersebut berguna untuk mencatat bagaimana jalannya seluruh proses transaksi dan keuangan bisnis pada fokus yang berbeda-beda. Misalnya buku kas masuk hanya mencatat segala kegiatan yang menambah saldo kas, seperti penjualan tunai dan penerimaan pinjaman. Sementara kegiatan berupa pembelian atau apa pun yang mengakibatkan berkurangnya saldo kas dimasukkan ke buku kas keluar. Pembukuan keuangan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi keuangan bisnis. Karena itu, mempelajari serta mempraktekkannya adalah langkah awal yang tidak boleh diabaikan demi pengelolaan keuangan yang terarah.
2. Buat Anggaran secara Berkala
Sebelum membuat anggaran, pemahaman akan dasar-dasar penganggaran adalah hal kunci dalam mengelola keuangan agar anggaran yang dibuat bisa seimbang. Periode anggaran umumnya berjalan selama satu tahun. Namun, ini bisa disesuaikan dengan kondisi bisnis itu sendiri. Penganggaran memiliki 3 unsur dasar yang harus diperhitungkan, yaitu pendapatan, pengeluaran, dan laba. Dalam memperkirakan pendapatan, perlu dilakukan riset pada berbagai aspek. Misalnya riset kondisi pasar, potensi penjualan, hingga siapa yang kemungkinan menjadi kompetitor. Sementara itu, pengeluaran harus ditulis serinci mungkin untuk mencegah kebocoran anggaran dan memastikan tidak ada transaksi tidak terduga yang memiliki nilai terlalu besar atau pengeluaran kecil yang frekuensinya tinggi. Pengeluaran semacam ini biasanya yang tidak terasa justru membebani anggaran.
3. Perhatikan Aset, Modal, serta Utang Piutang
Banyaknya saldo kas tidak selalu menjadi patokan berapa modal yang sebenarnya dimiliki. Sebab, di dalamnya bisa terdapat dana pinjaman yang tentu pada waktunya harus dikembalikan. Bisa juga modal lebih banyak berupa aset tidak lancar, yang sebenarnya termasuk kekayaan namun tidak cair sehingga tidak masuk kas. Hal ini perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan, misalnya untuk mencairkan suatu aset atau membeli perlengkapan baru. Begitu juga dengan utang dan tanggal jatuh temponya. Usahakan pembayaran utang telah diagendakan untuk menjaga arus kas tetap stabil.
4. Pisahkan Keuangan Pribadi dengan Bisnis
Dalam mengelola keuangan, penting untuk mengetahui mana uang pribadi dan uang bisnis. Meskipun berada pada posisi sebagai pemilik bisnis, namun menggunakan uang bisnis untuk keperluan pribadi tetap dapat membuat bisnis tidak sehat. Hal ini dapat dikontrol dengan cara memberi jatah gaji bagi diri sendiri atau dalam ilmu akuntansi disebut dengan prive. Setiap bulan pemilik bisnis juga menerima pendapatan sebagaimana karyawan lainnya. Hanya saja, jumlahnya bisa ditentukan sendiri sebesar keperluan yang bisa dipertanggungjawabkan. Jika kemudian terdapat keperluan mendesak dalam jumlah yang melebihi gaji tersebut, pemilik bisnis bisa mengambil uang kas bisnis. Namun dana tersebut dicatat sebagai utang dalam pembukuan keuangan. Hal ini dimaksudkan agar laporan keuangan menjadi wajar.
5. Persiapkan Dana Darurat
Dunia bisnis terkadang berjalan di luar prediksi. Bisa saja bisnis naik karena hal-hal pendukung di luar prakiraan dan perencanaan manajemen, misalnya kondisi ekonomi negara, kondisi alam, dan lain sebagainya. Tentunya hal-hal tersebut bisa menyebabkan bisnis Anda berada di fase yang tidak menguntungkan atau mungkin mengalami kerugian. Misalnya dengan adanya pandemi Covid-19 seperti yang terjadi di seluruh dunia saat ini. Kemungkinan terakhir inilah yang perlu diantisipasi dengan mempersiapkan dana darurat. Ketika perkembangan bisnis melambat, diharapkan kegiatan tetap berjalan secara normal dengan adanya dukungan dari dana darurat. Dengan begitu, keuangan tidak akan terguncang terlalu hebat dan mungkin bisa tetap stabil. Dana darurat ini bisa disimpan dalam bentuk tunai maupun nontunai. Namun, perlu diingat bahwa instrumen yang digunakan dalam penyimpanan non tunai haruslah mudah dicairkan. Jangan sampai dana yang harusnya dapat segera menyelesaikan masalah justru bermasalah dalam pencairannya.
6. Kelola Hutang dengan Baik
Sebagian orang masih pikir-pikir untuk berbisnis dengan alasan tidak memiliki modal. Namun sebagian lainnya ada juga yang memulai bisnis dengan modal yang berasal dari pinjaman. Hal ini boleh-boleh saja dilakukan asalkan telah dipertimbangkan dengan matang bahkan hingga kemungkinan terburuknya. Meskipun begitu, pastikan untuk menghindari hutang yang tidak produktif terlebih jika hutang tesbut digunakan sebagai modal dan prospek bisnis yang dirintis belum terlalu jelas. Saat bisnis sudah berjalan pun, usahakan tetap selektif dan memperhatikan prioritas jika memang harus berhutang. Mengelola keuangan tentu terasa lebih bebas jika tanpa utang. Karenanya, jadikan utang sebagai pilihan terakhir.
7. Hitung Laba dengan Benar
Laba adalah hasil keuntungan bersih yang didapatkan dari selisih antara pendapatan dan pengeluaran. Untuk dapat mengetahui seberapa menguntungkan bisnis yang dijalankan sebenarnya, maka diperlukan penghitungan laba yang benar. Penghitungan besarnya pengeluaran merupakan langkah yang harus dilakukan dengan hati-hati. Ini dikarenakan pengeluaran tidak hanya berupa pembiayaan secara tunai yang berasal dari kas. Penyusutan nilai aset serta pajak juga harus diperhitungkan sebagai pengeluaran yang akan mempengaruhi penghitungan laba.
8. Gunakan Laba untuk Investasi
Laba merupakan keuntungan yang dapat dinikmati sebagai hasil usaha dalam berbisnis. Seorang pemilik bisnis bebas menggunakan laba untuk keperluan pribadinya. Bahkan untuk keinginan yang bersifat konsumtif sekalipun. Namun, tentu saja akan lebih baik jika laba digunakan secara bijak dan produktif. Misalnya dengan memanfaatkannya untuk berinvestasi, baik itu untuk kepentingan pribadi maupun untuk mengembangkan usaha. Pengembangan usaha bisa diartikan sebagai pembukaan bisnis di bidang lain, membuat produk atau layanan baru atau penambahan cabang usaha yang sudah berjalan.
9. Konsultasi dengan Ahlinya
Ada kalanya seorang pemilik bisnis hanya ahli di bidang yang digelutinya. Misalnya pebisnis di bidang pertanian yang sangat ahli bercocok tanam dan pengusaha barang bangunan yang sangat paham kegunaan masing-masing barang. Namun pada sisi strategi bisnis, mereka bisa saja hanya mengerti permukaannya. Oleh sebab itu, berkonsultasi dengan ahli keuangan dan strategi bisnis bisa menjadi solusi atas hal tersebut. Para konsultan tentunya telah menemui berbagai kasus dan penyelesaian yang berbeda-beda. Dengan pengalaman tersebut, mereka dapat memberikan gambaran mengenai pilihan-pilihan dalam pengambilan keputusan beserta resikonya.
10. Gunakan Software Pengelolaan Keuangan
Saat ini sudah banyak software akuntansi dan pengelolaan keuangan yang dapat membantu dalam mengelola masalah pencatatan dan pemantauan finansial bisnis secara menyeluruh. Penggunaan software ini tentu seiring dengan perkembangan zaman yang semakin canggih dan serba digital. Setiap software memiliki fitur dan keunggulan masing-masing. Fitur paling dasar biasanya adalah fitur pencatatan pembukuan dan juga pengelolaan stok.